Upacara Siraman Adat Sunda
in Upacara Adat
Upacara Siraman memiliki makna untuk membersihan diri secara lahir bathin sebelum memasuki pernikahan. Prosesi siraman ini dilakukan ada siang hari di rumah mempelai wanita, untuk Calon Pengantin yang beragama islam biasanya dimulai dengan pengajian terlebih dahulu
Tahapan Upacara Siraman
- Calon Pengantin wanita keluar dari kamar secara simbolis digendong (diais) oleh sang ibu, sementara sang ayah berjalan didepan membawa lilin menuju tempat sungkeman, prosesi ini memiliki makna bahwa orang tua yang bertangung jawab pada anaknya dan sang ayah memegang lilin memiliki makna bahwa ayahlah yang memberi penerang dalam keluarga, setelah sampai ke tempat sungkeman kain gendongan di lepas oleh sang ayah, memiliki makna bahwa orang tua menyudahi tanggung jawab kepada anaknya yang akan digantikan oleh Calon pengantin pria.
- Setelah sampai ditempat sungkeman calon pengantin duduk di pangkuan kedua orang tua yang beermakna bahwa kasih sayang orang tua kepada anaknya tak terbatas. Setelah selesai, kemudian calon pengantin akan berlutut menghadap ke orangtuanya dan menyatakan isi hatinya.
- Dalam upacara ngaras, calon pengantin mencuci kaki kedua orang tua, yang memiliki makna anak yang berbakti kepada orang tuanya, setelah mencuci kaki lalu disemprotkan minyak wangi yang bermakna dimanapun anaknya berada akan membawa harum nama keluarga.
- Kedua orang tua akan mencampur air siraman dengan 7 macam bunga wangi yang berada didalam bokor untuk prosesi selanjutnya yaitu ngebakan. Perlengkapan siraman yaitu 2 helai kain sarung, 2 helai selendang bati, 1 helai handuk, baju kebaya, bondu melati, payung besar, lilin dan lain-lain.
- Calon pengantin dibimbing oleh kedua orang tua ke tempat siraman sambil menginjak 7 helai kain yang dihentangkang. Kemudian ngebakan atau siraman dimulai dari sang ibu kemudian sang ayah dan disusul oleh orang-orang pilihan lainnya, nah orang -orang pilihan ini biasanya adalah kerabat atau teman calon pengantin yang sudah menikah dan memiliki rumah tangga yang harmonis, jumlah penyiram harus ganjil biasanya 7 – 9 orang dan paling banyak 11 orang. Sebagai penutup siraman, calon pengantin wanita disirami air wudhu oleh sang ayah wudhu ini melambangkan bahwa dalam keadan apapung calon pengantin wanita tidak boleh meninggalkan ibadah.
- Prosesi potog rambut memiliki lambang calon pengantin wanita akan memperindah diri lahir dan bathin, pada prosesi ini calon pengantin juga akan dicukur bulu-bulu halus pada wajah, kuduk, membentuk amis cau/sinom, membuat godek serta kembang turi. Kemudian potongan rambut calon pengantin wanita dan calon pengantin pria di ikat menjadi satu dan dikubur di halaman rumah memiliki makna sebagai membuang atau mengubur masa lalu calon pengatin yang dirasa kurang baik supaya kelak mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan dalam rumah tangga.
- Diawali dengan pemotongan tumpeng kemudia kedua orang tua memberikan suapan terakhir kepada calon pengantin sebanyak 3 kali. Suapan terakhir memiliki makna orang tua yang melepaskan anaknya untuk hidup mandiri dengan keluarganya yang baru.
- Sebagai penutup upacara siraman sunda, dilakukan prosesi rebutan parawanten yaitu dimana seluruh tamu yang dating berebut beubeutian (sesuatu yang berada didalam tanah : jagung, ubi, kacang-kacangan, singkong, talas dll) yang direbus dan hahampangan (sesuatu yang ringan seperti : keruuk, rengginang, keripik) rebutan parawanten memiliki makna untuk mendoakan calon pengantin diberi kelancaran rezeki, cepat diberi keturunan, dan diberi kemudahan dalam menyelesaikan masalah rumah tangga. Selain itu pada prosesi ini juga dibagikan air siraman yang katanya jika kita tersiram airnya akan cepat dapat jodoh.
1. Ngecagkeun Aisan
2. Dipangkon
3. Ngaras
4. Pencampuran Air Siraman
5. Ngebakan
6. Potong Rambut
7. Dulangan Pungkasan (Suapan Terakhir)
8. Rebutan Parawanten