Upacara Panggih
Budaya tanah Jawa masih menyimpan sejuta keindahan dan keagungan yang tetap dipegang teguh oleh masyarakatnya. Hal ini bisa dilihat dalam upacara pernikahan yang penuh makna dan unik. Beragam tradisi dan tata cara pernikahan menjadi bagian dari adat masing-masing wilayah. Salah satunya adalah pelaksanaan upacara panggih
Perlengkapan
- Bahan : Rangkaian janur mengelilingi batang pisang berbentuk gunung berhias bunga pinang (utama), daun beringin, nanas, melati, padi, kapas dan cengkir.
- Prosesi : Kembar Mayang adalah sarana temu pendamping dalam acara.
- Makna : Perjalanan hidup setelah menikah tentunya banyak aral melintang, untuk itu pengantin nantinya harus tabah, lurus, fleksibel dan berhati tenteram (seperti batang pisang yang selalu berair) agar hidupnya indah dan Bahagia (seperti bunga pinang), sama-sama mengayomi mengokohkan keluarga (seperti daun beringin), hinggan indah menawan (seperti nanas) dan Makmur sandang pangan (seperti padi dan kapas) dikeliling kemegahan (seperti janur kuning).
- Bahan : Pisang Raja, benang lembut, gambir, kembang telon (mawar, melati, kantil), daun sirih segar (suruh ayu).
- Prosesi : Buang pisang raja letakkan di nampan terhias daun pisang, kemudian diserahkan oleh pihak pengantin pria ke pihak pengantin wanita.
- Makna : Pisang artinya buah. Sanggan artinya Penyangga. Sebuh pernikahan memerlukan penyangga yang dihiasi bunga bunga raja (seperti kembang telon) agar terlihat indah menawan serta selalu menyegarkan (seperti sirih) dan lebih nikmat membahagiakan (seperti orang nyirih dengan gambir) yang diikat dengan ikatan-ikatan janji hati yang senantiasa lemah lembut dan penuh kasih sayang (seperti lawe wenang).
- Bahan : Daun sirih yang berisi kapur sirih dan diikat benang putih.
- Prosesi : Pengantin pria pengantin wanita saling melemparkan. Untuk pria jumlah 4 ikat dan wanita 3 ikat. Pria dulu melempar
- Makna : Balangan artinya melempar, Gantal artinya Daun sirih sudah diikat benang. Perjodohan Sui (sirih) yang telah terikat (benang mengikat sirih) adalah mengetuk hati masing-masing mempelai. Agar terbentuk kebulatan tekad dalam berikrar menempuh hidup baru.
- Bahan : Gayung, bokor, baki, bunga setaman dan telur.
- Prosesi : Pemaes ambil telur ayam kemudian sentuhkan dahi pengantin laki-laki dahulu kemudian pengantin perempuan, lalu telor di injak pengantin pria hingga pecah. Selanjutnya kaki pengantin pria dicuci oleh pengantin wanita.
- Makna : Pengantin pria telah mengambil tanggung jawab atas semua kejadian yang akan dialami oleh keluarganya, bukan orang tua lagi (menginjak telur) dan sang istri turut mendukung dengan bakti istri ke suami (wijikan kaki).
- Bahan : Kelapa Muda
- Prosesi : Pengantin Pria dan wanita saling minum air kelapa
- Makna : Agar keluarga yang terbentuk akan menjadi berguna baik dari sisi manapun seperti pohon kelapa. Dan merasakan hubungan dalam kehidupan keluarga selalu segar dan Bahagia (seperti kelapa).
- Bahan : Beras, koin, biji-bijian, kantung dari kain, kain sebesar taplak.
- Prosesi : pengantin Pria mengucurkan beras dari kantung beras dan diterima oleh pengantin wanita, kemudian diserahkan ke Ibu Pengantin Wanita.
- Makna : Bahwa seorang pria bertanggung jawab mencukupi kebutuhan keluarga baik pangan (beras), sandang (koin) dan papan (biji-bijian). Lalu apabila sudah tercukupi, Sebagian untuk membantu orang tua yang mulai sepuh (penyerahan ke ibu pengantin wanita).
- Bahan : Nasi kepal 3, lauk pak, air minum.
- Prosesi : Pengantin pria membuat nasi kepal tiga kali ke pengantin wanita. Kemudian pengantin wanita memakan nasi kepalan tersebut terdiri rangkaian sayuran berupa kacang Panjang, nasi kuning, telur dadar, kedelai goreng, tempe goreng, abon, hati ayam kampung masa pindang antep.
- Makna : Cinta kasih pasangan pengantin sepanjang masa, dimana sama-sama merasakan limpahan rejeki.
1. Kembar Mayang
2. Pisang Sanggan
3. Daun Sirih - Lemar Sirih atau Balangan Gantal
4. Bunga Setaman - Untuk prosesi Ngidak Endog dan Wijikan
5. Degan (Kelapa Muda) - Prosesi meminum Degan
6. Kacar Kucur
7. Nasi Kuning
Tahapan Upacara Adat
- Calon mempelai yang sedang berhadapan melempar gantalnya masing-masing, gantal yaitu daun sirih yang digulung dan diikat dengan benang putih. Gulungan daun siri yang diikat melambangkan tekad yang bulat dari kedua mempelai untuk membangun rumah tangga Daun sirih atas dan bawahnya terlihat berbeda tetapi Ketika digigit rasanya sama saja. Itulah pengandaian dari daun sirih, terlihat berbeda tetapi sudah berkomitmen untuk menjadi satu membangun rumah tangga Bersama.
- Wiji dadi : Ditengah kedua mempelai yang sedang berhadapan ditaruh telur dan air, kemudian mempelai pria menginjak telur sampai pecah sampai kakinya kotor melambangkan mempelai pria akan mengayomi dan bertanggung jawab terhadap calon istriinya. Pada model Jogja Paes ageng telor tersebut tidak diinjak, tetapi oleh sang juru sumbaga disentuhkan kedahi kedua mempelai kemudian dibanting hingga pecah di tempat yang telah disediakan.
- Wijik Suku : Kemudian mempelai wanita berjongkok membasuh kaki mempelai pria yang kotor terkena telur dengan air dan mengelapnya sampai kering, memiliki arti saat itu dia menyadarkan dirinya akan tugasnya, yaitu berbakti pada suami, berbakti itu terkadang berat, boleh jadi suatu Ketika hal macam membasuh kaki kotor akan dijalani.
- Lantingan : Setelah kakinya bersih, mempelai pria memakai lagi selopnya, lalu membimbing mempelai wanita berdiri sejajar disamping kirinya. Memiliki arti saat itu mempelai pria menyadarkan dirinya bahwa harkat, martabat dan derajat pasangannya itu sejajar, setara dengan dirinya. Istilah sekarang disebut ‘kesetaraan gender’.
- Setelah menginjak telur, ibu dari mempelai wanita akan menyelimuti kedua mempelai dengan kain sindur yang kedua ujungnya dipegang oleh sang bapak kemudian membimbing kedua mempelai menuju pelaminan. Warna merah yang berada di tengah kain sindur melambangkan kesuburan dan warna putih yang disekelilingnya melambangkan air kehidupan. Makna dari tahapan sindur ini adalah sang ayah menyadarkan kedua mempelai untuk mengarahkan hak hubungan suami istri itu kepada nilai-nilai luhur (akhlakul karimah). Sedang sang ibu mendorong punggu mereka sebagai isyarat bahwa orang tua selalu memberi dukungan moral.
- Setelah sampai di kursi pelaminan sang ayah duduk, kedua mempelai duduk dipangku di lutut sang ayah. Pada saat itu sang ayah menimbang berat mereka dengan hatinya, sudah sama belum kasih sayangnya terhadap mereka. Yang satu anak, yang satu menantu, lalu sang ibu bertanya “awrat pundi pak?” (lebih berat mana pak?). lalu sang ayah menjawab, “ah, padha wae” (ah, sama saja). Bobot timbang memiliki makna orang tua tak lagi membedakan antara anak dan menantu, keduanya merupakan anak sendiri.
- Rujak degan adalah minuman yang terbuat dari seruta kelapa muda. Tradisi minum air kelapa ini dilakukan secara bergilir dalam satu gelas untuk satu keluarga. Dimulai dari sang bapak untuk diteruskan kepada sang ibu kemudian diberikan kepada kedua pasang pengantin. Air kelapa ini dilambangkan sebagai air suci yang dapat membersihkan rohani seluruh anggota keluarga.
- Kacar kucur merupakan tradisi pengantin laki-laki menuangkan uang recehan beserta kelengkapannya ke pangkuan mempelai wanita. Kacar kucur melambangkan bahwa mempelai pria akan menafkahi rumah tangga
- Dulangan adalah Bahasa Indonesia berarti menyuapi, mempelai pria menyuapi sekepal nasi kuning beserta lauknya kepada mempelai wanita lebih dulu, yang memiliki makna mempelai pria sebagai pembimbing rumah tangga, kemudian sebaliknya (suap-suapan), dulangan memiliki makna bahwa suami istri harus kompak dan melengkapi satu sama lain.
- Sebagai penutup upacara “panggih” kedua mempelai menyalami orang tua mempelai sebagai symbol berbakti kepada orang tua biasanya tradisi ini merupakan tradisi yang paling mengharukan.
1. Balangan Gantal (Melempar Gantal)
2. Wiji Dadi - tahapan upacara “Panggih”yang terdiri dari wiji dadi, wijik suku dan lantingan.
3. Sinduran - Lemar Sirih atau Balangan Gantal
4. Bobot Timbang
5. Minum Rujak Degan
6. Kacar Kucur
7. Dulangan
8. Sungkeman